“Kamu,
penenang jiwaku”
Aku tak peduli apa yang
kau lakukan, yang aku tau aku mencintaimu. Telah kuhitung detik demi detik yang
ternyata sangat lama aku terpaku pada sosok lelaki seperti kamu. Apakah kau tak
sadar selama ini kau telah meneteskan airmata setiap detiknya? Airmata harapan
yang tiada mengering, dan mungkin tak akan pernah.
Kerinduan hatiku pun
rasanya harus berhadapan dengan bara keputusasaan. Apakah aku harus menyesali
semua ini? Ketika aku dekati dirimu dan sebelumnya aku pun telah mencoba
mengenali diriku. Tapi ternyata diriku sendiri pun harus terlupakan. Aku
benar-benar mencintaimu, tapi pada kenyataannya kau jauh dari harapan.
Aku tak akan seperti
ini jika kau tak meminta cinta itu, mengapa kau memberi berjuta harapan dulu?
Ternyata bagiku hanya apologi yang menyenangkan perasaanku saja. Karna
kenyataan yang ada sekarang, kau lebih memilihnya. Dia cintamu? Hanya tuhan
yang tau...
Sedemikian parahnya aku
mencintaimu, hingga aku tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata lagi. Ketika
aku bertemnu denganmu, aku hanya tertunduk dan sesekali aku mencuri pandangan
melihat wajahmu. Aku bersedih, benar kata teman-temanku kau tak mencintaiku.
Sore ini, aku ingin
melihat teman-temanku bermain basket. Aku ingin menyemangati mereka. Tapi
kenapa kau ada diantara penonton yang hadir saat itu? Aku tak sedikitpun
menoleh memandangimu. Harapan itu masih ada dalam hatiku, aku ingin sekali
mengungkapkannya. Aku tak sanggup harus memendam perasaan ini. Sakitt...
Mungkin prinsip kita
berbeda, jiwa kita pun tak sama. Tetapi apakah itu penghalang untuk bersatunya
dua insan? Tidak, aku masih tetap mencintaimu dan masih tetap menanti kau
membawa cinta yang tulus untukku. Entah berapa lama, namun yang jelas hatiku
mengatakan aku harus mendapat kepastian darimu.
Memang benar jodoh itu
sudah al-Maktub. Tetapi berbicara perasaan sangatlah sulit, begitu juga aku tak
bisa mendustai kata hatiku. Sungguh saat ini aku membutuhkan cinta, cinta yang
menjadi penenang jiwaku. Aku sesungguhnya wanita yang tegar, tetapi ketika aku
belajar memahamimu. Aku menjadi lemah dan memusingkan diri. Semoga
ketidaktahuanku memahamimu mengalirkan mata air cinta menuju muara hatimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar