Welcome ! Mari kita perbincangkan hidup disini, Baca dan fahamilah, pasti kamu akan mengerti maksudnya.

Jumat, 14 Desember 2012

“Kamu, penenang jiwaku”


 
“Kamu, penenang jiwaku”

Kutuliskan surat ini tanpa suatu alasan yang pasti. Aku tak tau harus memposisikan dirimu dimana, namun surat ini adalah luapan perasaanku yang ku pendam selama ini. Kau berhak marah, memakiku ataupun menghinaku sebagai wanita pengemis cinta.
Aku tak peduli apa yang kau lakukan, yang aku tau aku mencintaimu. Telah kuhitung detik demi detik yang ternyata sangat lama aku terpaku pada sosok lelaki seperti kamu. Apakah kau tak sadar selama ini kau telah meneteskan airmata setiap detiknya? Airmata harapan yang tiada mengering, dan mungkin tak akan pernah.
Kerinduan hatiku pun rasanya harus berhadapan dengan bara keputusasaan. Apakah aku harus menyesali semua ini? Ketika aku dekati dirimu dan sebelumnya aku pun telah mencoba mengenali diriku. Tapi ternyata diriku sendiri pun harus terlupakan. Aku benar-benar mencintaimu, tapi pada kenyataannya kau jauh dari harapan.
Aku tak akan seperti ini jika kau tak meminta cinta itu, mengapa kau memberi berjuta harapan dulu? Ternyata bagiku hanya apologi yang menyenangkan perasaanku saja. Karna kenyataan yang ada sekarang, kau lebih memilihnya. Dia cintamu? Hanya tuhan yang tau...
Sedemikian parahnya aku mencintaimu, hingga aku tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata lagi. Ketika aku bertemnu denganmu, aku hanya tertunduk dan sesekali aku mencuri pandangan melihat wajahmu. Aku bersedih, benar kata teman-temanku kau tak mencintaiku.
Sore ini, aku ingin melihat teman-temanku bermain basket. Aku ingin menyemangati mereka. Tapi kenapa kau ada diantara penonton yang hadir saat itu? Aku tak sedikitpun menoleh memandangimu. Harapan itu masih ada dalam hatiku, aku ingin sekali mengungkapkannya. Aku tak sanggup harus memendam perasaan ini. Sakitt...
Mungkin prinsip kita berbeda, jiwa kita pun tak sama. Tetapi apakah itu penghalang untuk bersatunya dua insan? Tidak, aku masih tetap mencintaimu dan masih tetap menanti kau membawa cinta yang tulus untukku. Entah berapa lama, namun yang jelas hatiku mengatakan aku harus mendapat kepastian darimu.
Memang benar jodoh itu sudah al-Maktub. Tetapi berbicara perasaan sangatlah sulit, begitu juga aku tak bisa mendustai kata hatiku. Sungguh saat ini aku membutuhkan cinta, cinta yang menjadi penenang jiwaku. Aku sesungguhnya wanita yang tegar, tetapi ketika aku belajar memahamimu. Aku menjadi lemah dan memusingkan diri. Semoga ketidaktahuanku memahamimu mengalirkan mata air cinta menuju muara hatimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar