Haruskah aku korbankan
nyawaku untukmu ?
Pagi-pagi sekali, hpku tiba-tiba
berdering, 1 pesan. Aku seperti mengenal nomer ini “Selamat pagi cindy”. Iyaa,
sepertinya ini nomer Arif, mantanku dulu. Yang udah sangat lama sekali
menghilang, dia mantan yang paling aku sayangi. Walaupun dia satu-satunya
cowokku yang paling cuek dan yang udah nyia-nyiain aku. Tapi entah kenapa, Arif
masih selalu ada di fikiranku. Jangankan dia, nomernya saja aku masih hafal
hingga sekarang.
Aku membalas pesan dari Arif, tapi aku
masih ragu untuk terlalu welcome dengan Arif. Aku tidak ingin lagi hati ini
masih berharap pada Arif. Sulit sekali bagiku untuk Move On karna Arif. Wajar
saja aku gak bisa lupain Arif, dia cowok yang perfect dimata cewek-cewek.
Pinter, cakep, kaya, anak basket lagi. Aduuh, gak heran deh pokoknya. Tapi
itulah yang membuat aku gak pernah lupain dia, berlagak cuek tapi sebenarnya
perhatian.
Setelah lama berbincang dengan Arif,
Arif mengajakku ketaman sore ini. Rasa senang bercampur sedih yang aku rasakan
sekarang. Aku senang sekali bertemu dengan Arif yang sudah 3tahun aku tidak
bertemu dengannya, aku rindu padanya. Tapi aku sedih ketika aku mengingat masa
laluku dulu bersama Arif. Aku takut menangis lagi di hadapannya.
*****
Akhirnya aku sampai juga di taman,ternyata
Arif sudah menungguku disana. Tatapannya masih sama seperti dulu, air mata ini
tak terbendung lagi Tuhan. Aku seperti ingin memeluk Arif, tapi aku malu. Aku
tidak ingin terlihat cengeng dihadapan Arif.
Aku mencoba tersenyum pada Arif.
Awalnya, Arif sangat ceria bercerita
padaku. Tapi pada akhirnya Arif meminta izin untuk bercerita padaku,
menceritakan tujuannya jauh-jauh datang kesini.
“Cindy, aku boleh cerita gak ?”
“Cerita apa rif ? cerita aja...
“Aku kesini Cuma buat minta maaf
sama kamu Ndy, aku merasa bersalah udah ninggalin kamu gitu aja dulu. Aku masih
sayang kamu, tapi aku ingin mengikuti kemauan orangtuaku untuk menjauhimu. Tapi
ternyata aku gak bisa. Hingga pada saatnya disisa usiaku sekarang, aku baru
bisa nyampaikan ini pada kamu”
“Apa maksud kamu disisa usia Rif ?”
“Apa maksud kamu disisa usia Rif ?”
“Iya Ndy, aku terkena kanker darah
lanjut. Umurku udah gak panjang ndy. Makanya aku ingin minta maaf sama kamu
sekarang, udah gak ada waktu lagi ndy”
“Apa ? kamu gak usah becanda Rif,
aku kesini bukan untuk dengerin lelucon kamu”
“ini beneran cindy, aku gak bohong”
“Emang penyakit kamu gak bisa
diobati yaah Rif ?”
“Bisa Ndy, kalau ada pendonor sumsum
tulan belakang buat aku. Tapi pendonor itu susah dapetin. Udah 1bulan ini kami
nyari pendonor tapi gak dapet-dapet. Mungkin ini udah takdir tuhan buat aku
ndy, aku terlalu banyak dosa.”
Airmataku netes jugaa tuhan ! aku
shock, aku langsung memeluk Arif. Arif mencoba menetralkan suasana. “aku gak
apa-apa kok ndy”. Kamu tenang aja yaa, jangan ceritain sama siapa-siapa. “iyaa
rif, aku janji. Tapi kamu juga harus janji yah, kamu harus sembuh buat aku”.
“iya ndy, aku janji”.
“aku Cuma minta izin sebentar sama
mama ndy, besok mungkin aku berangkat ke Singapura untuk mencari pendonor itu.
Aku gak bisa berlama-lami disini”
“iyaa rif, kabari aku kalau ada
apa-apa yah. Tuhan masih sayang kamu kok rif”
*****
Sesampainya dirumah aku gak bisa
tidur, aku masih teringat cerita Arif tadi. Aku berfikir, apakah aku bisa
menolong Arif ? haruskah aku korbankan nyawaku untuk Arif ?
Aku pusing, aku gak tau apa yang harus aku lakukan. Hingga satu keputusan yang aku ambil.
Aku pusing, aku gak tau apa yang harus aku lakukan. Hingga satu keputusan yang aku ambil.
Aku datang ke Rumah sakit tempat
Arif dirawat hingga dapat pendonor sumsum tulang tersebut. Aku memaksa dokter
untuk memeriksa apakah sumsum tulangku cocok dengan Arif atau tidak. Beberapa
selang waktu berjalan, dokter dengan gembira mengabarkan ternyata sumsum
tulangku dengan Arif cocok. Aku tidak ingin menunggu lama, aku ingin operasi
ini cepat terlaksana. Tapi aku meminta dokter berjanji untuk tidak memberitahu
Arif akan siapa yang menjadi pendonor itu, Akhirnya dokter menyetujui itu.
*****
Beberapa menit lagi waktu operasi
dimulai, jantungku bergerak tidak stabil. Aku takut, tapi ini untuk kesembuhan
Arif. Arif selalu bertanya pada dokter siapa yang menjadi pendonor untuknya,
dokter tetap menjawab “Pendonor merahasiakan identitasnya”. Baiklah waktu
operasi tiba, pada awalnya keadaan baik-baik saja hingga ditengah proses
operasi berlangsung. Keadaanku down, semua tak terkendali lagi. Aku kehilangan
banyak darah. Hingga setelah operasi selesai, Arif penasaran siapa yang mau
menjadi pendonor untuknya. Arif memaksa untuk masuk ke ruanganku.
Aku benar-benar lemah, detak
jantungku mulai bergerak lurus. Tapi aku bahagia aku masih bisa melihat Arif
disaat-saat terakhirku.
“Arif, aku menyayangimu”, yaa
kata-kata itu sempat aku katakan walau dengan terbata. Detik demi detik, detak
jantungku berhenti dan aku harus menghadap tuhan. Tuhan yang telah
menciptakanku, tuhan yang telah mengatur semuanya.
Arif dan keluarganya menangis penuh
penyesalan, tapi aku meninggalkan dunia ini dengan senyuman. Aku bisa
menyelamatkan nyawa seseorang yang aku sayangi sebelum aku meninggal. Semoga
tuhan akan selalu menyampaikan rasa rinduku pada arif.
Selamat tinggal arif, i will always love you <3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar