“Hingga aku
menemukanmu”
Ini
senja pertama yang aku harus lalui tanpamu, tanpa seorang kekasih yang
menghiburku. Bagaimana aku tidak kesepian, aku sudah terbiasa akan
lelucon-lelucon konyolmu. Lelucon itu yang bisa membuatku lupa pada duniaku,
lupa akan masalah yang menggerogoti otakku, lupa akan lelaki brengsek itu.
Ketika
aku mengingatmu, aku selalu memejamkan mata. Menahan kerinduan yang tak bisa
lagi kucurahkan. Aku seperti wanita cengeng yang setiap malam hanya bisa
menangis merindukanmu, dan melihatmu dari kejauhan.
Aku
berharap sore ini aku bisa bertemu denganmu, bertemu ditempat biasa aku
melihatmu bersama teman-temanmu yang bandel itu. Jembatan kupu-kupu ituu, yaa
ku harap aku bisa bertemu denganmu untuk meluapkan kerinduan ini. Tapi apa ?
aku tak melihat sosokmu lagi. Kamu menghilang entah kemana semenjak pergi
melangkah jauh dariku.
Aku
tidak tau harus cerita dengan siapa lagi, Ayin dan Wina sudah berkali-kali
memperingati aku untuk tidak terlalu memaknai cinta. Aku tidak bisa.... inilah
pribadiku. Jika aku bercerita pada mereka lagi, jawaban mereka tetap sama ”Kalo dia sayang
sama lo, dia cinta sama lo dg tulus, dia gabakalan nyakitin lo dan gabakalan
buat lo nangis !!”
Entahlah,
aku serasa berada disebuah ruang hampa. Walau bagaimanapun aku berteriak, tak
akan ada yang mendengar dan tak akan ada yang peduli. Tuhan... Beri aku
petunjuk mu !!!
Dahulu
aku mencintaimu, kini aku merindukanmu, dan esok aku harus berhasil
melupakanmu. Itulah yang berusaha aku katakan pada hatiku saat ini. Aku bisa
terima semua kenyataan ini meski aku harus terluka dan aku yang tersakiti.
Hingga
akhirnya aku berfikir untuk mengikuti jejak Ayin dan Wina. Yang hanya memilih
untuk menelusuri kehidupan sendiri. Aku menikmati masa-masa sendiri itu hingga
datang seorang pangeran yang masih membutuhkanku. Awalnya aku memang menikmati,
tapi aku merasa ada yang kurang sekarang. Aku masih bisa tersenyum bersama Ayin
dan Wina. Tapi hatiku tetap menangis jika masih mengingat sosok ‘Zen’ dulu. Aku
akan tetap tegar dihadapan sahabat-sahabatku, aku tidak ingin terlihat lemah.
Aku tidak mau kalah dengan mereka yang masih bisa bertahan hingga sekarang.
Aku
sudah terlalu lama sendiri, aku tidak ingin pangeran itu datang begitu saja
padaku. Aku ingin mencarinya, aku takut jika pangeran itu datang begitu cepat
dia akan pergi cepat jugaa. Seperti Zen dulu ..... Toh kata orang ‘jika ingin
mendapat yang terbaik, perbanyaklah berkenalan’. Alasan itu yang masih ku ingat
saat itu.
Tapi
ternyata benar, pangeran itu menghampiriku dan masuk kedalam kehidupanku. Dia
benar-benar seperti sosok pangeran. Dialah yang aku cari dalam perjalanan
cintaku selama ini. Mungkinkah hatiku berhenti pada ‘Darma’ ? jawabannya masih
ada pada tuhan.
Hanya
jarak yang memisahkan aku dengan Darma sekarang. Tapi bukankah jarak hanya
memisahkan pelukan saja ? bukan memisahkan perasaan. Aku tak akan membuang
waktuku lagi hanya untuk orang yang tidak punya waktu untukku.
Banyak
cobaan yang akan kita lalui Darma, tapi aku yakin kita pasti bisa laluinya.
Tapi kenapa disaat dunia hanya milik kita, Galuh datang lagii ? cowok brengsek
itu tidak pantas hadir lagi, dia hanya akan mencabik-cabik hubungan kita saja.
Banyak untaian kata yang dituturkan Galuh tentang keburukanmu. Tapi kamu tenang
saja Darma, aku tidak percaya begitu saja. Cepat atau lambat karma akan
menghampirinya, I believe !!☺
“Galuh,
Zen” Hanya aku dan tuhan yang tau sebesar apa rinduku pada mereka yang pernah
ada dimasa laluku.
“Darma”
Cinta ini masih tetap milikmu dan akan tetap menjadi milikmu, sampai nanti
sampai kamu menjadi milikku yang utuh. Jadikan aku yang terakhir dalam
pencarian cintamu. Aku tak tau apa jadinya diriku setelah kau pergi dari
hidupku, semoga Tuhan memberikan yg terbaik untuk kita berdua.