Welcome ! Mari kita perbincangkan hidup disini, Baca dan fahamilah, pasti kamu akan mengerti maksudnya.

Senin, 22 April 2013

“Tanpa sengaja, kau menyakitiku”


 “Tanpa sengaja, kau menyakitiku”
“Selama ini aku anggap engkau benar-benar cinta kepadaku. Dan akhirnya kutau kau tak mencintaiku”
Kata mereka hari ini ada kejadian luar biasa, hari ini indah. tanggalnya memang bagus 20-12-2012. Tapi mengapa tak seindah yang ku bayangkan? Aku mengira hari ini ada keajaiban yang datang menghampiriku. 2 hal yang tak bisa aku lupakan hari ini, aku kehilangan nilaiku, dan juga kekasihku....
Hari ini hari pembagian rapor disekolahku, aku tak berfirasat apapun. Aku hanya berserah diri kepada tuhan yang maha pencipta. Tuhan pasti menghargai usahaku selama ini. Selang beberapa waktu, pembagian rapor tiba. Genggaman tangan Aliya dan Karin semakin kuat, detak jantungku pun tak menentu. Tanganku dingin dan sesak sekali dada ini........
Ya tuhaan, tatapan Aliya sangat dalam padaku. Aku tau, Aliya mengisyaratkanku untuk tetap bersabar dan tabah apapun hasilnya. Tapi tidak bisa... airmataku jatuh juga. Aku seperti ingin merobek-robek raporku ini, tidak aku inginkan untuk membawanya pulang dan memberitahu ayah dan ibuku jika mereka bertanya nanti.
Aku menangis dipelukan Karin yang sejak tadi membujukku untuk berhenti menangis. Rasa maluku sudah hilang terhadap adik-adik kelasku. Biarkan saja, mereka pasti mengerti apa yang aku alami saat ini. Tak ada sedetik pun waktu yang di sia-siakan Aliya dan Karin untuk mengajakku pulang.
“Aku tak ingin pulang, aku ingin disini saja”
“Yasudah, kamu kerumah ku saja” tegas Karin.
“Aku akan menemanimu” sahut Aliya.
Dan akhirnya, aku tetap harus kerumah Karin. Aku belum siap untuk menjawab semua pertanyaan keluargaku. Karin berusaha membujukku diperjalanan menuju rumahnya. Karin tertawa lapas, agar aku bisa ikut tertawa bersamanya. Tapi Karin tersentak, ketawanya terhenti tiba-tiba. Aku heran, Karin memandangi dua motor yang ada diseberang jalan sana. “kamu kenapa diam Karin?”. Karin sepertinya ragu-ragu menjawab. Akhirnya aku melihatnya sendiri, tuhaan... ini terlalu berat untuk aku lihat. Jantungku belum kuat menerima ini....
Ternyata Randy yang ada diseberang sana, mungkin aku kuat jika hanya melihat kau sajaa. Tapi ini berbeda, kau bersamanyaaa... kekasihmuu. Aku bersedih? Tidak... aku hanya kecewa. Mengapa tuhan menakdirkan aku untuk bertemu denganmu siang ini. Bagaimana aku bisa kuat? Hatiku masih berat menerima dua kejadian yang terjadi hampir bersamaan.
Liburan kali ini mungkin tidak pantas untuk dikatakan sebagai hari bersenang-senang, atau disebut refresh otak. Tapi hari penyesalan dan hari perenungan. Aku sadar, mungkin aku belum bisa mendapat nilai tinggi. Aku harus lebih berusah lagi, seperti kata sahabat-sahabatku itu.
Bagaimana dengan kisah cintaku? Masihkah aku bilang ini cinta? Cinta yang menyakitkan...Mungkin saja. Ini mungkin jawaban atas pertanyaanku pada tuhan. Randy bukan jodohku, dan bukan juga cintaku. Kamu sudah terlalu lama di hatiku Randy, dan kini saatnya aku melupakanmu. Aku harap ini ending dari pengharapanku selama ini. Semoga tuhan selalu melindungi mu, orang yang aku sayang.
Andai aku tau rahasia kehidupan dan rahasia cintaku, mungkin aku tak akan begini. Secerah apapun siang ini, tetap saja ada awan hitam yang menutupinya.

For you ‘MyLife’


 For you ‘MyLife’
Panas sekali siang ini, tapi mengapa kita tidak goyah. Kamu tetap melanjutkan perjalanan ini, perjalanan yang semula kita anggap menyenangkan tapi ternyata begitu memilukan. Ini salahku mengawali pembicaraan yang endingnya sangat miris. Aku mencoba mengajakmu berbincang dengan kata-kata ringan dulu. Pelan-pelan aku memulai menceritakan apa yang sedang aku fikirkan dan rasakan satu minggu ini.
Badai kehidupan memang kadang kala memporak-porandakan kekokohan pilar-pilar semangat hidup kita. Aku sudah berusah menjernihkan hatiku untukmu, tak ingin aku rasanya mengakatan ini padamu. Saat aku memintamu untuk mencari penggantiku, itu bukan karna aku sudah tak mencintaimu lagi tapi karna aku ingin yang terbaik untukmu.
Waktu kita hanya satu minggu lagi sayang, tak akan ada lagi yang mejahiliku disela-sela kesibukan. Tak ada lagi yang membuatku jengkel hingga aku mengoceh sendiri. Aku pasti merindukan  hal itu, dan sangat merindukan.
Sepanas apapun yang kita rasakan diperjalanan ini, tak terasa sedikitpun. Bahkan sangat dingin sekali. . . Mengapa kamu tak menjawab perkataanku? Aku sungguh-sungguh, tolong jawab aku!
“Apa yang kamu katakan? Aku tak mendengarnya” hanya itu jawabmu.
Kamu seolah-olah meyakinkanku lagi, kamu menggenggam tanganku lagi. Tapi mengapa semakin kau menggenggam tanganku, rasa sesak di dadaku semakin menguat? Aku ingin menangis, jangan menoleh kebelakang. Aku tak ingin terlihat lemah dimatamu, aku hanya sekedar menitikkan airmata, tidak lebih.
Aku yakin kamu pasti tau aku sedang menangis, hanya saja kau inginkan aku tenang dahulu. Kau meyakinkanku, aku masih yang terindah. Seolah-olah kau tak ingin melihat keindahan yang lain.
Yakinlah, aku hanya keindahan sesaat yang membutakan hatimu. Carilah penggantiku, setelah kau mendapatkannya. Kau boleh tinggalkan aku, walau ketidaksanggupanku melihat kau bersama yang lain. Aku ikhlas, semua untukmu kekasihku.
Jangan berjanji lagi bahwa kau tak akan pernah mencari penggantiku, aku takut mendengar janjimu. Aku takut itu benar terjadi, kau sangat baik. Tak pantas rasanya aku menyakitimu, aku terlalu egois. Bagaimana aku bisa membalas pengorbananmu? Aku merasa berhutang. Apa yang harus aku lakukan untukmu? Baiklah aku akan pergi jauh, sejauh mungkin. Agar kau tak terbayang-bayangi lagi olehku. Pergilah kekasihku, cari yang terbaik untukmu. . .Ini perjalanan kita yang terakhir, terakhir kalinya aku bisa menggenggam tanganmu.*And

Jumat, 14 Desember 2012

Ini janjiku pada tuhan


Ini janjiku pada tuhan

“ I love you without knowing how, or when, or from where. I love you straight forwadly. Without complexities oneride. So i love you because i know no otherway.
Setelah aku kenali dirimu lewat mata hatiku, secarik perkenalan yang melahirkan cinta prematur dan itulah ibarat kecintaanku terhadapmu. Tapi janganlah kau anggap itu sebagai mimpi, karena itulah perasaan terdalamku yang berbicara, dan harapanku semoga engkau memakluminya.
Tetes-tetes kasih sayang yang berjatuhan dalam hatiku, pelita-pelita kesetiaan yang menyala-nyala dalam sukmaku dan bercak-bercak kerinduan yang melekat dalam jiwaku, semuanya adalah untukmu, semuanya adalah lukisan cintaku kepadamu.
Percayalah Farid, suatu saat nanti tuhan akan mempersatukan kita. Jangan tanya lagi kenapa aku tidak ingin bersamamu sekarang, seperti yang aku katakan... aku pernah berjanji pada tuhan, aku tidak ingin bersama siapapun sebelum aku menjadi manusia sesungguhnya. Tak ada alasan lain dari hatiku selain itu, bukankah aku tidak pernah menuntut apapun darimu?
Mengertilah farid, cintaku dan cintamu tulus. Tuhan tau itu, hanya saja sekarang aku ingin menepati janjiku agar aku bisa bersama kelak. Bersabarlah... dan mungkin kau berfikir aku ini adalah seorang wanita pemberi harapan palsu? Tidak farid, cintaku nyata...
Ini memang pahit farid, tapi sekarang waktunya kita melawan cinta. Ini ujian bagi cinta kita. Aku mencintaimu karna allah, dan aku ingin tuhan merestui kita.  Kepercayaan adalah awal dari kesetiaan cinta, dan aku akan menanamkan akar-akar kepercayaan dalam dirimu dan selalu menjaga kesetiaan dalam diriku. Sehingga kebahagiaan akan mudah terwujud dalam kehidupan kita dan engkau tak akan meragukan cintaku lagi.

“Kamu, penenang jiwaku”


 
“Kamu, penenang jiwaku”

Kutuliskan surat ini tanpa suatu alasan yang pasti. Aku tak tau harus memposisikan dirimu dimana, namun surat ini adalah luapan perasaanku yang ku pendam selama ini. Kau berhak marah, memakiku ataupun menghinaku sebagai wanita pengemis cinta.
Aku tak peduli apa yang kau lakukan, yang aku tau aku mencintaimu. Telah kuhitung detik demi detik yang ternyata sangat lama aku terpaku pada sosok lelaki seperti kamu. Apakah kau tak sadar selama ini kau telah meneteskan airmata setiap detiknya? Airmata harapan yang tiada mengering, dan mungkin tak akan pernah.
Kerinduan hatiku pun rasanya harus berhadapan dengan bara keputusasaan. Apakah aku harus menyesali semua ini? Ketika aku dekati dirimu dan sebelumnya aku pun telah mencoba mengenali diriku. Tapi ternyata diriku sendiri pun harus terlupakan. Aku benar-benar mencintaimu, tapi pada kenyataannya kau jauh dari harapan.
Aku tak akan seperti ini jika kau tak meminta cinta itu, mengapa kau memberi berjuta harapan dulu? Ternyata bagiku hanya apologi yang menyenangkan perasaanku saja. Karna kenyataan yang ada sekarang, kau lebih memilihnya. Dia cintamu? Hanya tuhan yang tau...
Sedemikian parahnya aku mencintaimu, hingga aku tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata lagi. Ketika aku bertemnu denganmu, aku hanya tertunduk dan sesekali aku mencuri pandangan melihat wajahmu. Aku bersedih, benar kata teman-temanku kau tak mencintaiku.
Sore ini, aku ingin melihat teman-temanku bermain basket. Aku ingin menyemangati mereka. Tapi kenapa kau ada diantara penonton yang hadir saat itu? Aku tak sedikitpun menoleh memandangimu. Harapan itu masih ada dalam hatiku, aku ingin sekali mengungkapkannya. Aku tak sanggup harus memendam perasaan ini. Sakitt...
Mungkin prinsip kita berbeda, jiwa kita pun tak sama. Tetapi apakah itu penghalang untuk bersatunya dua insan? Tidak, aku masih tetap mencintaimu dan masih tetap menanti kau membawa cinta yang tulus untukku. Entah berapa lama, namun yang jelas hatiku mengatakan aku harus mendapat kepastian darimu.
Memang benar jodoh itu sudah al-Maktub. Tetapi berbicara perasaan sangatlah sulit, begitu juga aku tak bisa mendustai kata hatiku. Sungguh saat ini aku membutuhkan cinta, cinta yang menjadi penenang jiwaku. Aku sesungguhnya wanita yang tegar, tetapi ketika aku belajar memahamimu. Aku menjadi lemah dan memusingkan diri. Semoga ketidaktahuanku memahamimu mengalirkan mata air cinta menuju muara hatimu.