For you ‘MyLife’
Panas sekali siang ini, tapi mengapa
kita tidak goyah. Kamu tetap melanjutkan perjalanan ini, perjalanan yang semula
kita anggap menyenangkan tapi ternyata begitu memilukan. Ini salahku mengawali
pembicaraan yang endingnya sangat miris. Aku mencoba mengajakmu berbincang
dengan kata-kata ringan dulu. Pelan-pelan aku memulai menceritakan apa yang
sedang aku fikirkan dan rasakan satu minggu ini.
Badai kehidupan memang kadang kala
memporak-porandakan kekokohan pilar-pilar semangat hidup kita. Aku sudah
berusah menjernihkan hatiku untukmu, tak ingin aku rasanya mengakatan ini
padamu. Saat aku memintamu untuk mencari penggantiku, itu bukan karna aku sudah
tak mencintaimu lagi tapi karna aku ingin yang terbaik untukmu.
Waktu kita hanya satu minggu lagi
sayang, tak akan ada lagi yang mejahiliku disela-sela kesibukan. Tak ada lagi
yang membuatku jengkel hingga aku mengoceh sendiri. Aku pasti merindukan hal itu, dan sangat merindukan.
Sepanas apapun yang kita rasakan
diperjalanan ini, tak terasa sedikitpun. Bahkan sangat dingin sekali. . .
Mengapa kamu tak menjawab perkataanku? Aku sungguh-sungguh, tolong jawab aku!
“Apa yang kamu katakan? Aku tak
mendengarnya” hanya itu jawabmu.
Kamu seolah-olah meyakinkanku lagi,
kamu menggenggam tanganku lagi. Tapi mengapa semakin kau menggenggam tanganku,
rasa sesak di dadaku semakin menguat? Aku ingin menangis, jangan menoleh
kebelakang. Aku tak ingin terlihat lemah dimatamu, aku hanya sekedar menitikkan
airmata, tidak lebih.
Aku yakin kamu pasti tau aku sedang menangis,
hanya saja kau inginkan aku tenang dahulu. Kau meyakinkanku, aku masih yang
terindah. Seolah-olah kau tak ingin melihat keindahan yang lain.
Yakinlah, aku hanya keindahan sesaat
yang membutakan hatimu. Carilah penggantiku, setelah kau mendapatkannya. Kau
boleh tinggalkan aku, walau ketidaksanggupanku melihat kau bersama yang lain.
Aku ikhlas, semua untukmu kekasihku.
Jangan berjanji lagi bahwa kau tak
akan pernah mencari penggantiku, aku takut mendengar janjimu. Aku takut itu
benar terjadi, kau sangat baik. Tak pantas rasanya aku menyakitimu, aku terlalu
egois. Bagaimana aku bisa membalas pengorbananmu? Aku merasa berhutang. Apa
yang harus aku lakukan untukmu? Baiklah aku akan pergi jauh, sejauh mungkin.
Agar kau tak terbayang-bayangi lagi olehku. Pergilah kekasihku, cari yang
terbaik untukmu. . .Ini perjalanan kita yang terakhir, terakhir kalinya aku
bisa menggenggam tanganmu.*And
Tidak ada komentar:
Posting Komentar